Aku Bukan Lagi Payungmu
Karya : Pena_Lingga
Aku bukan lagi payung yang kau cari saat hujan. Dulu, setiap kali awan gelap menggantung di langit, kau datang padaku, mencari perlindungan dari dingin dan derasnya luka. Aku selalu ada, membuka diri, menampung setiap tetes yang seharusnya jatuh kepadamu. Aku rela basah demi memastikanmu tetap kering, tetap nyaman, tetap tenang di bawah naunganku.
Namun kini, segalanya telah berubah. Aku lelah menjadi pelindung yang hanya kau cari ketika butuh. Aku lelah selalu menampung, sementara kau berlalu pergi begitu saja saat langit kembali cerah. Aku sadar, peranku selama ini bukan sebagai seseorang yang kau jaga, melainkan hanya sebagai sesuatu yang kau gunakan.
Aku pernah berharap bisa selalu menjadi tempatmu pulang. Aku pernah berpikir bahwa jika aku cukup kuat menahan hujan untukmu, kau akan tetap tinggal. Tapi nyatanya, aku hanya menjadi pilihan sementara—bukan rumah, bukan tujuan. Aku hanyalah sesuatu yang kau genggam ketika butuh, lalu kau tinggalkan tanpa peduli ketika tak lagi diperlukan.
Kini, aku memilih untuk berhenti. Aku tak ingin lagi menjadi tempat perlindungan yang hanya kau ingat di saat sulit. Aku ingin menjadi lebih dari sekadar payung bagimu—atau mungkin, aku tak ingin menjadi bagian dari kisahmu lagi. Aku ingin belajar melindungi diriku sendiri, bukan hanya melindungimu yang bahkan tak pernah menoleh ke belakang.
Aku melihatmu berjalan di bawah rinai hujan tanpa mencariku lagi. Mungkin kau telah menemukan payung baru, atau mungkin kau telah belajar menikmati hujan tanpaku. Tak apa, karena aku juga telah menemukan caraku sendiri untuk tetap berdiri. Aku tak lagi takut kehilangan, karena yang sejati tak seharusnya hanya datang saat butuh, lalu pergi saat cukup.
Tapi tetap saja, ada perih yang tersisa. Aku bisa berdusta dengan berkata bahwa aku baik-baik saja, bahwa aku telah benar-benar melepaskanmu. Namun, jauh di dalam hati, aku masih bertanya-tanya—apakah kau pernah benar-benar peduli? Apakah pernah, walau hanya sesaat, kau merasa kehilangan saat menyadari aku tak lagi di sana?
Aku ingin percaya bahwa aku kuat, bahwa aku telah melangkah tanpa menoleh lagi. Tapi ada malam-malam di mana rintik hujan mengetuk jendela dan aku memejamkan mata, membayangkan kau kembali datang, membawa basah dan lelahmu, mencari tempat berteduh di sisiku. Aku tahu itu hanya ilusi, namun tetap saja, rasanya menyakitkan.
Hujan masih turun, seperti dulu. Tapi kali ini, aku berdiri sendiri, bukan karena ingin, melainkan karena tak ada lagi yang mencariku. Aku menatap langit, membiarkan air jatuh ke wajahku, mencoba membiasakan diri dengan dingin yang dulu selalu kutahan untukmu. Aku berharap ini hanya sementara, bahwa suatu saat aku tak lagi merasa sesedih ini.
Dan mungkin, jika suatu hari kau akhirnya mencariku, aku sudah tak ada lagi. Bukan karena pergi, tapi karena telah larut dalam hujan itu sendiri. Aku bukan lagi payung yang kau cari, dan mungkin, aku juga bukan lagi seseorang yang bisa kau temukan. Sebab terlalu lama menjadi tempat berteduhmu telah membuatku hancur perlahan, hingga akhirnya aku menghilang—tanpa jejak, tanpa suara, tanpa kau sadari.
Kamar Duka, 30 Januari 2025