( SATIRE )
JAKARTA BERPAMITAN
Karya : Andi Irwan [ Pena_Lingga ]
Jakarta, kau kota penuh hiruk-pikuk,
Dulu megah, kini disebut keriput.
Rapat dan macet, udara pengap,
Ibu kota pindah, kau kini terlupakan cepat.
Gedung-gedung tinggi menatap hampa,
Mengintip Kalimantan yang baru berjaya.
"Hutan itu jadi kota?" tanya ragu,
Namun janji manis terus menggema di telinga satu.
Sungai-sungai penuh limbah di pinggirmu,
Kini berbisik, "Lihatlah aku yang tak terurusimu."
Ibu kota pindah, harapan merekah,
Katanya, Nusantara lebih indah dan megah.
Di Kalimantan, pohon-pohon gugur,
Digantikan aspal, beton, dan pagar.
"Bukankah aku paru-paru dunia?"
"Tenang," jawab manusia, "ini demi bahagia."
Jakarta bersedih di bawah langit abu,
Yang dulu sombong, kini merindu.
"Adakah yang masih peduli padaku?"
Namun gedung tinggi hanya diam membisu.
Nusantara, nama megah pengganti,
Janji kemajuan membungkus ambisi.
Namun, bisakah janji itu bertahan,
Atau hanya proyek cepat penuh kealpaan?
Anak-anak Jakarta, kini kehilangan nama,
Ibu kota lama jadi sejarah terlupa.
"Siapa peduli Jakarta tenggelam?"
"Yang penting Nusantara berdiri tegak tanpa malam."
Tapi tunggu, apa kau dengar?
Bisikan hutan yang mulai gusar?
Banjir datang, satwa hilang,
Pindah ibu kota, apakah ini menang?
Jakarta, kau boleh berpamitan,
Namun jangan lupa, kau tetap kenangan.
Kalimantan tak butuh megah semata,
Ia butuh cinta, bukan janji belaka.
Nusantara dan Jakarta, dua kisah,
Satu bangkit, satu perlahan punah.
Satir ini hanyalah cermin kelakar,
Akankah kita belajar, atau mengulang kesalahan yang wajar?
Sorong, 5 Januari 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar