Rabu, 18 Juni 2025

( Dialog Y.T.S.A.M.S )

 Yang Tertinggal Setelah Aku Memberi Segalanya

( Part 1 )

Karya : Pena_Lingga


🀡:

Hai ! Lama tak bertemu ya

Kali ini aku datang dengan niat baik

Bukan bermaksud untuk membuatmu kecewa lagi


Emmm... Aku ingin bertanya padamu 

Bisakah kau membuka pintu maaf untukku ?

Aku benar-benar merasa bersalah selepas kejadian itu

Kini aku datang untuk menebus semuanya.



πŸ‘°:

Kau datang saat aku sedang berjuang menyusun ulang puing-puing hidupku. Kau mengetuk pintu hatiku dengan kelembutan yang membuatku percaya, bahwa tak semua luka harus berakhir dengan kehilangan. Kau hadir seperti pagi yang menjanjikan harapan, membuatku menaruh segala keyakinan pada matamu.


Aku menanggalkan segalanya demi bisa menjadi satu-satunya untukmu. Harga diriku, batas yang kujaga, bahkan luka yang belum sembuh sepenuhnya. Kukira dengan mencintaimu tanpa syarat, kau akan melihat betapa aku layak untuk diperjuangkan, bukan ditinggalkan.


Tapi kini, yang kulihat hanya punggungmu yang menjauh, bersama seseorang yang bukan aku. Dan aku terdiam, membiarkan air mata jatuh tanpa suara, karena cinta yang kuberi ternyata tak cukup untuk menahanmu di sisiku.


🀡:

Aku datang padamu dengan kekosongan yang tak kupahami. Dan di matamu, aku melihat rumah. Di pelukmu, aku menemukan damai yang tak pernah kurasakan. Tapi ketenangan itu, ternyata tidak cukup untuk menyembuhkan kegelisahan yang ada di hatiku sendiri.


Kau mencintaiku dengan cara yang tak pernah kulihat dari siapa pun. Kau menaruh harapan di tiap langkahku, dan aku merasa seperti manusia paling dicintai di dunia. Tapi semakin kau dekat, semakin aku merasa takut. Takut tak bisa membalas semua yang kau beri.


Aku mulai menjauh bukan karena aku tak merasa, tapi karena aku tak siap. Cinta sebesarmu menekan dadaku dengan rasa bersalah yang tak tertanggung. Dan aku… memilih kabur daripada tinggal dan menghancurkanmu perlahan.


πŸ‘°:

Kalau benar kau takut, mengapa tidak jujur dari awal? Mengapa kau biarkan aku meyakini bahwa kau adalah jawaban dari seluruh doa-doaku? Tak tahukah kau, bahwa aku membuka seluruh benteng yang kubangun selama bertahun-tahun, hanya untukmu?


Aku bukan wanita sempurna, tapi aku mencintaimu dengan ketulusan yang tak terukur. Bahkan saat kau mulai berubah, aku tetap bertahan. Aku pikir, cinta bisa mengalahkan segalanya. Tapi ternyata, cinta tak bisa menyelamatkan kita dari pengkhianatan.


Sekarang, aku bahkan malu menatap cermin. Malu pada diriku sendiri karena percaya terlalu dalam. Aku telah menjadi milikmu dalam seluruh arti, tapi ternyata yang kau genggam bukan tanganku, melainkan luka yang tak bisa kau sembuhkan.


🀡:

Jangan salahkan dirimu, karena yang salah adalah aku. Aku yang datang dengan hati yang belum selesai. Aku yang menerima cintamu, padahal aku tahu aku tak mampu menjaganya. Aku yang menuntunmu ke jurang, saat seharusnya kutuntunmu ke pelaminan.


Aku mencoba mencintaimu dengan cara yang pantas. Tapi setiap malam, ada bayangan masa laluku yang terus menjerit di dalam dada. Dan ketika dia datang—perempuan yang pernah mengisi lembar lama hidupku—aku goyah.


Aku tahu kau akan terluka. Tapi aku tetap memilihnya, bukan karena dia lebih baik, tapi karena dia menawarkan sesuatu yang familiar. Aku bodoh, dan sayangnya, kebodohanku menjadi neraka bagimu.


πŸ‘°:

Aku melihat dia di matamu sebelum kau mengenalkannya padaku. Perubahanmu, sikapmu, kata-katamu yang mulai tak lagi hangat seperti dulu. Tapi aku diam. Aku menahan semua curiga karena aku masih percaya padamu.


Kau tahu apa yang paling menyakitkan? Bukan hanya karena kau memilih orang lain. Tapi karena kau membuatku merasa tidak cukup, padahal aku telah memberikan segalanya. Segalanya, termasuk hal yang seharusnya hanya kumiliki seumur hidup.


Kau mengambil itu dariku, lalu pergi tanpa menoleh. Seolah aku hanya persinggahan, bukan tujuan. Dan sekarang, aku hanya tinggal sebagai cerita patah hati yang tak sempat selesai.


🀡:

Aku ingin minta maaf, tapi aku tahu maafku tak akan cukup. Aku tahu ada hal-hal yang tak bisa diperbaiki dengan kata. Tapi izinkan aku mengatakannya, meski dengan suara yang gemetar dan hati yang tercabik: maaf, karena aku telah membuatmu jatuh untuk lalu kutinggalkan.


Aku tak tahu bagaimana cara memperbaiki hidupmu yang telah kubuat berantakan. Tak tahu bagaimana menebus malam-malam panjangmu yang dipenuhi isak. Aku pengecut, dan di balik semua itu, hanya ada penyesalan yang semakin menggila.


Setiap malam, aku masih terjaga. Dan di balik pelukan orang yang kini bersamaku, aku menyebut namamu dalam diam. Tak pernah ada yang benar-benar menggantikanmu, hanya ada kepura-puraan yang kubangun untuk menutupi dosaku.


πŸ‘°:

Penyesalanmu datang terlambat. Dan yang terlambat, tak bisa lagi kembali. Aku telah belajar menahan tangis dalam sunyi, telah belajar bagaimana cara berdiri dalam gelap tanpa seseorang yang dulu kujadikan cahaya.


Aku masih mencintaimu, tapi cinta itu kini kutanam dalam tanah paling dalam. Tak lagi kusiram, tak lagi kuharapkan tumbuh. Biarlah dia membusuk bersama harapan yang pernah kautinggalkan.


Aku tak berharap kau kembali. Yang aku harapkan hanyalah kau tahu betapa kau telah menghancurkan perempuan yang hanya ingin dicintai dengan sederhana.


🀡:

Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri. Karena kini aku tahu, bukan perempuan itu yang kucari, tapi damai yang dulu kau berikan dengan tulus. Tapi saat sadar, semuanya telah hilang.


Aku menatap hidup tanpa arah, meski ada seseorang di sampingku. Karena apa yang kurasakan bersamanya hanya separuh. Separuh yang lain tertinggal bersamamu, dan itu tak bisa kupaksakan berpindah.


Kau tak lagi ada di hidupku, tapi kau hidup dalam luka yang kupikul. Luka yang tak sembuh oleh waktu, karena luka itu bukan goresan... melainkan lubang, yang tak bisa kututup lagi.


πŸ‘°:

Aku tak ingin kau menderita, meski kau membuatku menderita begitu lama. Aku tak akan mendoakan celaka untukmu, tapi aku juga tak bisa mendoakan bahagia. Biarlah semesta yang menyeimbangkan semuanya.


Kini aku berjalan sendiri. Belajar mencintai diriku yang hancur. Aku tak tahu apakah bisa pulih, tapi setidaknya, aku ingin bangkit—meski pelan, meski terseok.


Aku akan menyimpan kisah ini sebagai pelajaran. Bahwa tak semua cinta harus dimenangkan. Dan tak semua kehilangan harus ditangisi selamanya.


🀡:

Jika nanti hidup membawamu kepada seseorang yang mencintaimu sepenuh hati, peluklah dia dengan tenang. Jangan takut memberi lagi, meski kau pernah disakiti oleh orang sepertiku.


Aku mungkin adalah kesalahan yang paling kau sesali. Tapi kau... adalah satu-satunya cinta yang paling benar dalam hidupku. Sayangnya, cinta yang benar pun bisa datang di waktu yang salah.


Mungkin ini adalah akhir kita. Tapi dalam akhir ini, ada satu hal yang akan terus kutitipkan: terima kasih, karena pernah mencintaiku bahkan saat aku tak layak dicintai.



Republik Rubik, 19 Juni 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

( Dialog Y.T.S.A.M.S )

 Yang Tertinggal Setelah Aku Memberi Segalanya ( Part 1 ) Karya : Pena_Lingga 🀡: Hai ! Lama tak bertemu ya Kali ini aku datang dengan niat ...