Selasa, 14 Januari 2025

MERAH PUTIH BUKAN BINTANG KEJORA

 ( Puisi Balada )


Merah Putih Bukan Bintang Kejora


Karya: Andi irwan 


Di bawah langit yang tak selalu biru,

Kisah ini dimulai dari seberkas cahaya redu.

Tak ada bintang kejora memandu malam,

Hanya jejak kaki yang tak kenal diam.


Langit menyaksikan darah menetes di tanah basah,

Di setiap parit, di setiap lorong, ada peluh yang pasrah.

Namun, pasrah bukanlah menyerah,

Hanya jeda singkat untuk melawan lagi dengan gagah.


Merah putih, kain yang terburai di tengah medan,

Bukan sekadar warna, tapi cerita tentang keberanian.

Merah adalah darah yang tertumpah di pagi sunyi,

Putih adalah jiwa yang tak ternoda meski berkali-kali.


Di hutan-hutan rimba, mereka berbisik kepada pepohonan,

Di sungai yang mengalir, ada doa-doa yang terjembatkan.

Petani menggenggam cangkul dengan tangan penuh luka,

Di balik tangannya, ada harapan yang tak pernah sirna.


Bukan bintang kejora yang membakar malam pekat,

Tapi obor di tangan para pejuang yang tak pernah penat.

Di setiap langkah, ada sejarah yang ditulis tanpa pena,

Dengan darah, dengan air mata, dengan suara yang menggema.


Merah putih berkibar, bukan di istana megah,

Tapi di kampung, di gunung, di laut penuh gelombang marah.

Anak-anak kecil bernyanyi dengan suara serak,

"Merdeka!" mereka teriak, meski tubuhnya ringkih dan lemah.


Di balik senyum seorang ibu yang kehilangan anaknya,

Ada janji merah putih untuk terus melangkah.

Di balik air mata seorang ayah yang kehilangan tanahnya,

Ada tekad untuk merebut kembali apa yang menjadi haknya.


Mereka yang berdiri di garis depan,

Tak bertanya tentang apa yang akan mereka dapatkan.

Tak ada bintang kejora di langit malam,

Hanya bendera yang berkibar di bawah kilat yang menyambar diam.


Di ladang, di pelabuhan, di pasar yang penuh sesak,

Rakyat menyulam harapan di tengah langkah berat.

Merah adalah api yang membakar ketidakadilan,

Putih adalah kesucian yang menjaga kebenaran.


Bukan hanya kain, merah putih adalah sumpah,

Sumpah untuk berdiri, meski angin dan badai merambah.

Sumpah untuk menjaga tanah ini dengan nyawa,

Karena di sini, kita lahir, hidup, dan akhirnya kembali jua.


Dan kini kita berdiri di atas mimpi mereka,

Mimpi yang dibayar dengan darah dan air mata.

Merah putih bukanlah bintang kejora,

Tapi pelita abadi yang takkan pernah sirna.


Selamanya ia berkibar di dada dan angkasa,

Mengukir kisah bangsa yang takkan pernah punah.

Sebuah warisan jiwa yang diwariskan oleh mereka,

Merah putih, cahaya kita, penjaga kita, selamanya.


Sorong, 14 Januari 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

( Dialog Y.T.S.A.M.S )

 Yang Tertinggal Setelah Aku Memberi Segalanya ( Part 1 ) Karya : Pena_Lingga 🤵: Hai ! Lama tak bertemu ya Kali ini aku datang dengan niat ...