( Sufi )
Aku yang Hampir Melupakan Tuhan
Karya : Pena_Lingga
Dalam kebisuan malam, aku hampir melupakan Tuhan. Hidupku, yang dipenuhi gemerlap dunia, meredupkan sinar-Nya, dan aku hanyut dalam kebahagiaan yang semu. Hatiku, yang dulu penuh dengan rindu kepada-Nya, kini terasa kering, seakan Tuhan jauh dari pandanganku.
Aku berjalan di jalan yang penuh dengan godaan dunia, membiarkan diri tergoda oleh gemerlapnya. Aku lupa bahwa segala yang ada adalah titipan-Nya, sementara aku sibuk mengejar kebahagiaan yang ku kira bisa ku capai dengan tangan kosong.
Namun, dalam kesunyian yang mendalam, aku mulai mendengar bisikan-Nya, lembut seperti angin yang membawa aroma tanah basah. Tuhan tidak pernah jauh, hanya aku yang terlalu sibuk dengan diri sendiri hingga tak mampu merasakan kehadiran-Nya.
Aku yang hampir melupakan Tuhan, kini merasa cemas. Betapa sering aku terlena dengan dunia, membiarkan diri terperangkap dalam pusaran keinginan dan ambisi. Padahal, semuanya adalah bayangan yang hanya muncul sejenak, lalu menghilang. Hanya Tuhan yang abadi.
Mungkin aku lupa bahwa kebahagiaan yang hakiki terletak dalam kedekatanku dengan-Nya. Aku mencari-Nya dalam tempat-tempat yang salah, padahal Dia selalu ada dalam hatiku, menunggu aku kembali kepada-Nya dengan sepenuh hati.
Ketika aku merenung, aku mulai mengingat bahwa hidup ini bukan tentang apa yang aku miliki, tetapi tentang siapa yang aku cari. Dan hanya Tuhan yang mampu memenuhi kekosongan hati ini. Aku yang hampir melupakan-Nya kini merasa rindu untuk kembali dalam pelukan kasih-Nya.
Tuhan tak pernah memaksa, namun Dia senantiasa mengingatkan. Lewat hidayah yang datang dalam bentuk yang tak terduga, aku dipertemukan kembali dengan-Nya. Dan dalam setiap tarikan nafasku, aku menyadari bahwa hidup ini adalah perjalanan untuk kembali kepada-Nya.
Dalam kesendirian, aku menemukan Tuhan. Dalam kesulitan, aku merasakan betapa dekatnya Dia. Tuhan tidak pergi, hanya aku yang terlupa. Kini, aku berdoa agar hati ini selalu ingat, agar aku tidak lagi terjerumus dalam dunia yang fana.
Aku yang hampir melupakan Tuhan kini menyadari bahwa hidup ini bukan milikku. Semua yang ada adalah anugerah-Nya, dan aku hanyalah seorang hamba yang berusaha untuk kembali ke jalan-Nya. Di sini, dalam setiap detik, aku belajar untuk menyerahkan segalanya kepada-Nya.
Tuhan, aku kembali kepada-Mu. Mungkin aku terlambat, namun Engkau selalu ada untukku. Ampuni aku yang hampir melupakan-Mu. Kini, aku ingin hidup dalam ingatan-Mu, berjalan di jalan yang Engkau ridhoi, dan selalu merindukan kehadiran-Mu dalam setiap langkahku.
Raja Ampat, 29 Januari 2025
-----------PENANGGUNG JAWABAN NASKAH--------
Genre:
Tulisan ini dapat digolongkan dalam genre Sufisme atau Spiritualitas, dengan sentuhan puisi reflektif dan kontemplatif. Gaya ini mengarah pada pencarian makna hidup melalui kedekatan dengan Tuhan, yang mencerminkan perjalanan batin dan pengakuan akan kelemahan manusia. Kata-kata dalam tulisan ini mengandung nilai-nilai mistik yang kerap ditemukan dalam ajaran-ajaran tasawuf, di mana penulis merasakan keterasingan diri dari Tuhan dan usaha untuk kembali menemukan-Nya.
Makna Gaya Tulisan:
Gaya tulisan ini memanfaatkan elemen introspeksi dan kontemplasi yang mendalam untuk menggambarkan pergulatan batin seseorang dalam mencari Tuhan setelah hampir melupakan-Nya. Melalui alur yang perlahan-lahan mengarah pada penyadaran, tulisan ini menonjolkan tema kerinduan dan penyesalan atas jauhnya hubungan dengan Tuhan. Di samping itu, gaya ini menggunakan metafora dan perbandingan untuk menggambarkan jarak batin, seperti "gemerlap dunia" dan "bisikan-Nya", yang menunjukkan bahwa Tuhan selalu ada, meskipun seringkali terabaikan oleh kesibukan duniawi.
Tulisan ini juga mengandung nuansa pencarian dan penyerahan diri, khas dalam perjalanan spiritual. Proses ini tidak hanya berbicara tentang dosa atau kelalaian, tetapi lebih kepada kesadaran diri akan kekurangan dan keinginan untuk kembali mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Gaya ini sederhana namun mendalam, menciptakan rasa keintiman dan kedalaman
spiritual yang menyentuh hati pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar