Nanti Kita Usahakan Lagi
Karya : Pena_Lingga
Kita pernah mencoba, bukan? Dalam diam yang saling kita bagi, dalam luka yang tak sempat kita obati. Lalu semua terlepas perlahan, seperti air hujan yang jatuh dari jemuran, tak lagi berguna. Tapi entah kenapa, setiap kali kau sebut tentang "kita", aku masih merasa itu sesuatu yang bisa diselamatkan—atau minimal, dipertanyakan.
Ada masa di mana perpisahan hanyalah jeda, bukan akhir. Kita tahu caranya saling diam tapi tetap berharap. Kita tahu caranya saling menjauh, tapi dalam hati masih menggenggam erat nama masing-masing. Begitulah kita, dua orang keras kepala yang masih percaya pada pertemuan meski jalannya tak kunjung benar.
Kau dan aku bukan tak berusaha. Kita hanya terlalu sering mendahulukan ego daripada pelukan. Terlalu cepat menyimpulkan bahwa semuanya sudah habis, padahal mungkin hanya lelah. Mungkin yang kita butuhkan bukan perpisahan, tapi waktu yang bisa meluruhkan amarah dengan pelan.
Aku ingin sekali bilang, ayo kita coba lagi. Tapi mulut ini terlalu sering diajari diam oleh kecewa. Aku ingin menyebut namamu tanpa beban, tapi setiap hurufnya membawa kenangan yang belum juga sembuh. Jadi aku tulis saja semua ini, berharap kau menangkap maksudnya di antara jeda dan titik.
Kita pernah sepakat untuk saling bertahan. Tapi kesepakatan itu, seperti janji-janji lainnya, akhirnya juga menjadi bangkai. Kita tahu apa yang kita cari, tapi tak tahu bagaimana caranya sampai. Mungkin karena kita terlalu sibuk menyalahkan arah, lupa bahwa yang hilang sebenarnya adalah kompasnya: saling pengertian.
Aku masih ingat caramu tersenyum ketika segalanya terasa ringan. Ketika tak ada beban masa lalu, tak ada asumsi masa depan. Kita hanya duduk, menikmati waktu, menertawakan hal-hal sepele. Kalau waktu bisa diputar, aku ingin kembali ke detik itu, sebelum semuanya berubah jadi rumit dan sunyi.
Beberapa hal memang tak selesai dengan logika. Termasuk kita. Kita yang pernah saling meneduhkan, kini saling menghindar seperti hujan dan atap bocor. Tidak karena benci, tapi karena takut mengulang luka yang sama. Tapi bukankah luka bisa sembuh kalau dirawat, bukan dihindari?
Aku mulai sadar, mungkin bukan soal siapa yang salah atau benar. Tapi siapa yang mau memulai duluan. Siapa yang cukup berani membuka pintu, meski tahu bisa saja ditolak. Dan kalau bukan aku yang duluan, mungkin kita akan terus jadi kisah yang hanya dikenang, tak pernah dilanjutkan.
Kalau masih ada sisa rindu yang belum basi, mari kita usahakan lagi. Bukan karena kita lemah menghadapi kesepian, tapi karena kita tahu: tidak semua yang retak harus dibuang. Beberapa bisa dipeluk, disusun ulang, dijadikan utuh dengan cara yang baru. Kita bisa jadi yang itu.
Dan kalau nanti ternyata kita gagal lagi, setidaknya kita sudah mencoba. Tidak berhenti di mungkin. Tidak tenggelam dalam andai. Kita akan tahu rasanya berusaha sampai akhir, bukan hanya menebak-nebak di ujung doa. Karena mencintai bukan hanya tentang memiliki, tapi juga tentang memperjuangkan yang pernah kita mulai.
Raja Ampat, 15 Juni 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar