Masih Tertinggal Di Halaman Terakhir
Karya : Pena_Lingga
Waktu terus berjalan, tapi rasanya aku masih tertinggal di tempat yang sama—di hari ketika kamu pergi tanpa kata pasti. Aku terus bertanya-tanya, apakah semua yang pernah kita lalui benar-benar nyata, atau hanya ilusi yang kuhidupi terlalu dalam? Aku berharap ini hanya mimpi panjang, namun setiap pagi aku terbangun dengan hati yang tetap kosong.
Aku mulai belajar berbicara dengan sepi, menjadikannya teman yang paling setia. Ia tak pernah pergi, tak pernah bosan mendengarkan tangisku, bahkan saat aku sendiri pun tak paham apa yang sedang ku tangisi. Barangkali, inilah caraku mencintai dalam diam—meski tak lagi bersama, aku tetap menyimpanmu dalam doa-doa yang tak pernah kamu dengar.
Ada begitu banyak tempat yang kini terasa berbeda tanpamu. Jalan-jalan yang dulu kita lewati berdua kini menjadi saksi diam dari jarak yang tak terjembatani. Lagu-lagu yang pernah kita nyanyikan bersama kini hanya menyayat lebih dalam. Semesta seperti sengaja menebarkan jejakmu di mana-mana, seolah-olah ingin terus mengujiku: sudahkah aku benar-benar ikhlas?
Dan jawabannya masih sama: belum. Aku belum bisa sepenuhnya melepaskan. Masih ada harapan kecil yang ku sembunyikan rapat-rapat, harapan yang mungkin bodoh—bahwa suatu hari kamu akan kembali. Bukan sebagai kenangan, tapi sebagai seseorang yang pernah berjanji akan tetap tinggal.
Namun aku juga sadar, harapan seperti itu hanya memperpanjang luka. Kamu mungkin sudah bahagia dengan dunia barumu, dengan cerita yang tak lagi menyebut namaku. Sedangkan aku masih berdiri di sini, menunggu sesuatu yang bahkan tak pasti akan datang. Aku mulai lelah, tapi belum bisa berhenti.
Rindu ini tidak lagi terasa manis. Ia berubah menjadi beban yang menyesakkan, memaksa aku untuk terus mengingat saat aku justru ingin melupakan. Tapi semakin aku melawan, semakin kenangan itu menjeratku. Mungkin karena aku mencintaimu terlalu dalam, hingga sulit membedakan antara kenangan dan kenyataan.
Jika dulu kamu adalah alasan aku tersenyum, kini kamu juga alasan aku terus menangis dalam diam. Kita hanyalah kisah yang tak selesai, bab yang ditutup paksa tanpa titik. Dan aku—aku adalah halaman kosong setelahnya, masih menunggu kamu menulis satu kalimat terakhir, entah itu perpisahan atau harapan.
Kamarku, 13 Juni 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar