Usai Saja
Karya : Pena_Lingga
Benar ya, aku baru paham sekarang. Paham bahwa mencintai dengan sepenuh hati tidak selalu cukup untuk membuat seseorang bertahan. Bahwa memberi segalanya tidak selalu bisa menahan yang memang ingin pergi. Aku terlalu lama mengira bahwa semua akan baik-baik saja selama aku terus berjuang. Tapi nyatanya, perjuangan sepihak hanya membuatku lelah tanpa arah.
Aku mulai menyadari, kita tidak lagi berjalan beriringan. Aku melangkah perlahan, menengok ke belakang, berharap kamu masih di sana. Tapi nyatanya, kamu sudah terlalu jauh, bahkan mungkin sudah memilih jalan berbeda. Aku masih mencoba, masih bertanya, masih berusaha menyambung yang renggang. Tapi kamu justru sibuk mencari alasan untuk menyudahi semuanya.
Setiap kali kita berbeda pandang, aku yang lebih dulu meminta maaf. Aku yang lebih dulu mengalah, meski luka itu harus kutelan sendiri. Aku percaya, cinta adalah tentang bertahan dan saling memahami. Namun kamu justru menjadikannya ladang untuk pergi, setiap kali badai kecil datang menghampiri.
Rasanya menyakitkan ketika hanya satu hati yang terus memupuk harapan, sementara yang lain perlahan mencabut akar yang telah ditanam bersama. Aku tidak bodoh, hanya terlalu berharap bahwa kamu masih punya keinginan untuk bertahan. Aku tidak buta, hanya terlalu percaya bahwa kamu masih peduli seperti dulu.
Tapi kini aku melihat semuanya dengan lebih terang. Kamu tidak lagi menatapku dengan cara yang sama. Tidak ada lagi debar ketika kita bicara. Tidak ada lagi tanya tentang hariku, tentang bagaimana aku bertahan. Semuanya kini terasa dingin, seperti ruang yang kehilangan cahaya.
Aku tahu, ini bukan salah satu dari kita saja. Tapi aku juga tahu, aku sudah mencoba lebih dari cukup. Aku sudah menahan tangis, menyembunyikan kecewa, menyelipkan harapan di balik doa. Tapi sampai kapan harus begini, jika kamu bahkan tak lagi mau menggenggam tanganku?
Kamu bilang ingin bahagia, dan aku percaya itu hal yang wajar. Tapi kenapa kebahagiaanmu seakan harus dibayar dengan kepergianku? Kenapa cintamu harus berarti aku tersingkir? Jika aku bukan lagi rumah yang nyaman bagimu, kamu tak perlu tinggal dalam keterpaksaan.
Mungkin memang begini akhirnya. Kita adalah cerita yang ditulis dengan tergesa, tanpa rencana bagaimana menutupnya dengan baik. Kita pernah indah, tapi tak cukup kuat untuk terus bersama. Aku tidak akan menyalahkan siapa-siapa, karena cinta memang tak selalu harus dimiliki.
Kini aku belajar satu hal penting: mencintai juga berarti tahu kapan harus melepaskan. Dan aku memilih berhenti di sini. Bukan karena aku tak cinta lagi, tapi karena aku menghargai diriku sendiri. Aku berhak bahagia, sama seperti kamu yang ingin bebas.
Jadi, lebih baik kita usai saja. Sebelum luka ini semakin dalam. Sebelum cinta yang tersisa berubah jadi dendam. Aku pamit dari cerita kita, dengan hati yang ikhlas meski masih perih. Semoga langkahmu ringan, dan jalanku tenang setelah ini.
Kamar hening, 18 Mei 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar