Minggu, 18 Mei 2025

JANJI YANG MENJADI DEBU

 Janji Yang Menjadi Debu

Karya : Pena_Lingga


Aku masih ingat cara namamu pernah terdengar begitu merdu dalam setiap doaku. Seperti melodi pelan yang mendamaikan malam, kau adalah sunyi yang tak membuat sepi terasa menyakitkan. Tapi lihatlah kini, bahkan senyap pun terasa berisik, sebab tak ada lagi bayangmu yang menetap di sudut ingatanku.


Kita pernah menjadi rumah bagi satu sama lain, tempat di mana lelah bisa pulang dan luka bisa beristirahat. Tapi rumah itu kini tinggal reruntuhan, berdinding rindu yang lapuk, beratap harapan yang bocor. Aku berdiri di puing-puingnya, memungut sisa-sisa cinta yang tak sempat utuh.


Aku mencoba menuliskanmu dalam puisi, tapi setiap bait justru melukai. Kata-kata tak lagi cukup menampung gemuruh di dada, dan malam terlalu panjang untuk kuhabiskan bersama bayangan yang tak lagi ingin menetap. Kau menjauh bukan karena tak tahu arah, tapi karena tak ingin kembali.


Hujan tak pernah benar-benar membawa kesegaran sejak kepergianmu. Ia hanya menjadi selimut dingin yang membalut rindu dalam diam. Aku mencarimu dalam tetesnya, berharap ada satu yang jatuh membawa pesan: bahwa kau pun sebenarnya masih mengingat.


Tapi barangkali cinta memang bukan untuk dipaksa bertahan. Ia seperti burung yang harus dilepas agar bisa tahu ke mana sayapnya ingin pulang. Dan aku telah melepaskanmu, bukan karena berhenti mencinta, tapi karena tak ingin mengurungmu dalam sangkar bernama kenangan.


Waktu telah mengajari aku cara mencintai tanpa memiliki, merelakan tanpa dendam, dan mendoakan tanpa berharap kembali. Kau adalah salah satu hal indah yang pernah singgah, meski akhirnya hanya jadi bagian dari sejarah.


Ada luka yang tak perlu disembuhkan, cukup dibiarkan tumbuh menjadi bagian dari siapa diri ini. Dan kau, adalah luka itu—yang membuatku mengerti arti kehilangan yang tak bisa disesali.


Aku tak ingin lagi menuliskan cerita baru dengan nama yang sama. Biarlah kisah kita tetap abadi sebagai dongeng malam yang pernah membuat hati berdebar. Tanpamu, aku belajar bahwa patah tak selalu berarti hancur.


Kini aku berjalan dengan langkah yang lebih ringan, sebab tak lagi membawa beban tentang “kita.” Aku telah memaafkan, bukan hanya kamu, tapi juga diriku sendiri yang terlalu lama menunggu sesuatu yang tak ingin kembali.


Dan jika suatu hari kita bertemu di tikungan takdir, aku akan menatapmu dengan senyum, tanpa sisa tanya. Sebab aku telah selesai mencintaimu, dengan cara yang paling tenang: mengikhlaskanmu.


Kamar Hening, 19 Mei 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

( Dialog Y.T.S.A.M.S )

 Yang Tertinggal Setelah Aku Memberi Segalanya ( Part 1 ) Karya : Pena_Lingga 🤵: Hai ! Lama tak bertemu ya Kali ini aku datang dengan niat ...