Senin, 14 April 2025

RUMAH SINGGAH

 Rumah singgah

Karya : Pena_Lingga


Ternyata benar, jadi rumah persinggahan itu menyakitkan. Aku baru benar-benar paham artinya ketika kamu memutuskan pergi, tanpa benar-benar menoleh ke belakang. Aku sempat mengira aku cukup, bahwa hangatku bisa jadi alasan untuk kamu tinggal. Nyatanya, aku cuma tempat menepi. Tempat kamu singgah sebentar, mengisi ulang rasa, sebelum melanjutkan perjalananmu lagi.


Banyak momen yang masih terpatri jelas di kepala. Cara kamu tersenyum di pagi hari, tawa yang tiba-tiba muncul saat kita bicara hal sepele, bahkan tatapan matamu saat diam. Semuanya melekat, seperti luka yang belum sempat sembuh, tapi sudah dipaksa dilupakan. Padahal aku belum siap, padahal aku masih berharap.


Rasanya aneh, bagaimana sesuatu yang hanya sebentar bisa meninggalkan bekas yang begitu lama. Tapi itulah yang terjadi. Kamu datang seperti musim hujan—tiba-tiba, menyejukkan, lalu pergi ketika aku baru saja menyesuaikan diri dengan dinginnya. Tanpa aba-aba, tanpa pamit yang layak.


Aku terus bertanya-tanya, di mana salahku. Apakah terlalu memberi? Atau justru terlalu berharap? Tapi sepertinya, tidak ada yang salah kecuali hatiku yang terlalu percaya. Aku mengira kamu mencari rumah, padahal kamu cuma butuh tempat singgah. Dan aku terlalu sibuk merapikan segalanya, agar kamu merasa nyaman, hingga lupa bahwa kenyamanan tak pernah cukup untuk membuat seseorang menetap.


Kini, yang tersisa hanya aku—dan keheningan yang menggantung di antara dinding-dinding kosong. Ruangan yang dulu penuh suara kini hanya dipenuhi gema dari kenangan. Aku mencoba menghapus jejakmu, tapi semuanya sudah terlalu dalam. Seperti bekas paku di tembok—meski dicabut, tetap ada lubang yang tertinggal.


Ada banyak malam di mana aku terbangun karena mimpi tentangmu. Mimpi yang terasa nyata, padahal kamu sudah jauh. Kadang aku berpura-pura kamu masih di sini, hanya agar hatiku tidak terlalu hampa. Tapi pagi selalu datang membawa kenyataan, dan kenyataan selalu lebih dingin dari yang kubayangkan.


Aku belajar menahan kecewa sendirian. Menutup luka tanpa suara. Tidak ada pelukan yang menenangkan, tidak ada kata-kata yang menyejukkan. Hanya aku dan diriku sendiri, belajar mengikhlaskan seseorang yang bahkan tidak pernah benar-benar kumiliki.


Semakin hari, aku menyadari, menjadi rumah tidak selalu membuat seseorang ingin tinggal. Kadang orang hanya datang karena lelah, bukan karena cinta. Dan saat lelahnya hilang, mereka pun pergi, seolah tak pernah ada apa-apa. Sementara aku, masih duduk di depan pintu, menunggu yang tak pernah kembali.


Aku tak lagi marah. Hanya sedih, karena pernah percaya. Karena pernah berharap. Karena pernah yakin bahwa kamu adalah tujuan. Tapi ternyata, aku hanya persimpangan. Tempat kamu singgah sebelum menemukan yang sebenarnya kamu cari.


Dan kini, aku harus belajar jadi rumah untuk diriku sendiri. Menerima kenyataan bahwa tidak semua yang datang akan tinggal. Bahwa tidak semua yang terasa hangat akan abadi. Bahwa kadang, kita memang ditakdirkan hanya untuk menyambut, lalu melepaskan.


Sorong, 15 April 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

( Dialog Y.T.S.A.M.S )

 Yang Tertinggal Setelah Aku Memberi Segalanya ( Part 1 ) Karya : Pena_Lingga 🤵: Hai ! Lama tak bertemu ya Kali ini aku datang dengan niat ...