PRIHAL AKU DAN KECEWA
Karya : Pena_Lingga
Aku sudah terbiasa dengan kecewa. Rasanya seperti bayangan yang tak pernah pergi, selalu menempel di tiap langkahku. Saat harapan tumbuh, kecewa datang seperti badai, menggugurkan semua yang sempat membuatku percaya.
Kecewa tak lagi kutakuti. Ia datang dan pergi sesuka hati, kadang tanpa permisi. Tapi dari situlah aku belajar bahwa tak semua hal berjalan sesuai keinginan. Dunia tak selalu ramah, dan itu tak apa.
Lama-lama, kecewa menjadi semacam pelajaran. Ia mengajarkan untuk tidak terlalu menggantungkan bahagia pada manusia. Ia menamparku dengan kenyataan bahwa cinta, janji, dan harapan bisa sewaktu-waktu menjadi abu.
Aku tak lagi menangis ketika kecewa hadir. Air mataku sudah kering untuk hal-hal yang tidak pasti. Aku memilih untuk diam, karena dalam diam pun aku tahu, kecewa sedang menepuk pundakku pelan, menyapa seperti kawan lama.
Kecewa menjadi teman dalam sepi. Ia datang saat semua orang pergi. Ia menemani malam-malam panjang ketika aku bertanya-tanya, apa salahku, kenapa lagi, dan untuk apa semua ini.
Dengan kecewa, aku belajar menerima. Aku tahu tak semua yang aku inginkan harus jadi milikku. Tak semua orang yang kucintai akan tinggal. Dan tak semua luka bisa segera sembuh, tapi semua bisa dilewati, pelan-pelan.
Kini, aku berjalan berdampingan dengan kecewa. Kadang kami saling diam, kadang kami saling bicara. Ia tak lagi mengagetkanku. Justru kadang aku merasa lebih tenang saat ia datang, karena aku tahu, aku masih punya hati yang bisa merasa.
Kecewa memang menyakitkan, tapi ia jujur. Ia tak memberi harapan palsu. Ia datang dan mengungkapkan segalanya tanpa basa-basi. Aku lebih suka begitu, dibanding kebahagiaan yang hanya jadi umpan untuk dikhianati.
Sudah terlalu sering aku menaruh hati pada hal yang salah. Sudah terlalu sering aku menanti sesuatu yang tak pernah datang. Jadi saat kecewa muncul, aku tak lagi menyambutnya dengan marah, tapi dengan senyum lelah yang tulus.
Aku sudah terbiasa dengan kecewa, bahkan kecewa sudah kuanggap teman. Ia mengajariku banyak hal—tentang sabar, tentang kuat, dan tentang bagaimana mencintai diri sendiri, meski dunia berkali-kali membuatku merasa tidak layak.
Kota Duka, 26 April 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar