SEBATAS MERAYAKAN
Karya : Pena_Lingga
Aku sedang belajar merayakan kepergianmu, seperti senja yang tetap indah meski tahu malam akan datang menggantikannya. Bukan karena aku tak ingin bertahan, tapi karena aku sadar, beberapa kisah memang ditakdirkan untuk selesai.
Kita pernah menjadi puisi yang kutulis dengan sepenuh hati, namun kini kau menjelma bait yang harus kusudahi. Aku masih membaca kembali kisah kita, bukan untuk menyesali, hanya sekadar memastikan bahwa itu memang pernah terjadi.
Kau adalah angin yang pernah membelai lembut jiwaku, kini berubah menjadi bayang samar yang perlahan menjauh. Aku tak lagi mengejarmu, sebab aku tahu, yang ingin tinggal tak perlu dipertahankan.
Aku tak pernah benar-benar kehilanganmu, seperti embun yang selalu datang setiap pagi, meski akhirnya harus menguap oleh terik. Aku hanya belajar menerima, bahwa tak semua yang datang ditakdirkan untuk menetap.
Kenangan tentangmu masih menggantung di udara, seperti aroma hujan yang tertinggal setelah reda. Aku menghirupnya dalam-dalam, bukan untuk kembali merindu, hanya sekadar merayakan bahwa dulu aku pernah sebahagia itu.
Kita adalah perahu yang berlayar dalam lautan takdir, namun akhirnya berlabuh di dermaga yang berbeda. Aku tak menyalahkan angin atau ombak, sebab mungkin inilah perjalanan yang harus kita tempuh masing-masing.
Aku berdiri di persimpangan, menatap langkahmu yang semakin menjauh. Tak ada tangis, tak ada jerit kehilangan—hanya sebuah senyum tipis, sebagai tanda bahwa aku merayakan kebahagiaanmu, meski bukan denganku.
Aku bukan tak ingin melupakan, hanya saja, beberapa kenangan terlalu indah untuk dihapus begitu saja. Seperti lukisan lama yang tetap tergantung di dinding, meski rumah ini telah lama kutinggalkan.
Kini aku merayakan sunyi, menjadikannya sahabat dalam malam-malamku. Aku tak lagi takut pada sepi, sebab aku tahu, di dalamnya ada ruang untuk mengenang tanpa harus berharap kembali.
Aku menulis namamu di langit hatiku, bukan untuk menunggu kau kembali, tapi sebagai tanda bahwa pernah ada seseorang yang begitu kucintai dengan seluruh jiwa. Kau akan tetap ada, meski tak lagi dalam genggaman.
Jadi, jika suatu hari kau bertanya apakah aku baik-baik saja, jawabannya adalah ya. Aku tak lagi menunggu, tak lagi bertanya, tak lagi berharap. Aku hanya merayakan, bahwa kita pernah ada, meski kini menjadi cerita yang tak lagi sama.
Dan jika takdir mempertemukan kita kembali, semoga kita bertemu bukan sebagai dua hati yang menyesali, melainkan sebagai dua jiwa yang telah berdamai dengan apa yang seharusnya terjadi.
Samarinda, 06 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar