🦋MARIPOSA🦋
Karya : Pena_Lingga
Cinta ini seperti Mariposa—halus, lembut, dan tak kasatmata, menari di udara dengan aroma yang memikat. Ia adalah anak rusa yang selalu ingin bebas, terbang ke segala penjuru dunia tanpa bisa dikekang. Aku bisa melihatnya, bisa merasakannya, tetapi tak bisa benar-benar memilikinya.
Engkau datang seperti rembulan di malam tanpa cahaya, membawa sinar dalam gelapku. Hatiku yang dulu seperti kehampaan, kosong tanpa warna, kini bermekaran dengan bunga yang kau tebarkan. Senyummu adalah permata, kilauannya membuat segalanya tampak lebih indah. Namun, aku takut, rembulan itu akan tenggelam dan meninggalkan malamku kembali gulita.
Cinta kita bagai angin di musim kemarau, membelai lembut tapi tak bisa disentuh. Aku tahu ia ada, aku bisa merasakannya, tetapi ia terlalu halus untuk digenggam. Ia membisikkan janji seperti mantra, tetapi janji itu seperti ilusi, sesuatu yang hanya bisa dipercaya saat kita masih ingin memercayainya.
Engkau adalah matahari, menerangi jalanku yang dulu penuh bayangan. Aku berjalan di bawah sinarmu, merasa hangat dan damai. Namun, sinar itu kini terasa berbeda—dingin, seperti senja yang bersiap tenggelam. Aku takut kau akan pergi seperti matahari yang bersembunyi di balik cakrawala.
Waktu mengalir seperti sungai, deras tanpa bisa dihentikan. Kita adalah dua daun yang hanyut di arus yang sama, tapi pusaran kehidupan membuat kita perlahan terpisah. Aku ingin bertahan, ingin menggenggam erat. Namun, engkau seperti gumpalan tanah basah, semakin aku mencengkram, semakin engkau hancur dalam genggamanku.
Cintamu seperti hujan di musim gugur, datang membawa kesegaran, menyirami tanah hatiku yang retak. Aku merasa hidup, merasa napas yang kau berikan mengalir dalam setiap inci diriku. Tapi hujan itu mulai reda, menyisakan tanah yang kembali kering, dan aku takut kemarau akan datang lebih panjang dari sebelumnya.
Tatapanmu adalah kilat, cahaya sekejap yang membelah gelap, mengubah kebimbangan menjadi keyakinan. Senyummu adalah air kehidupan, meneteskan kebahagiaan yang tak bisa kugambarkan. Tapi, kilat tak pernah bertahan lama, ia hanya sekejap, seperti bayangan yang ditelan malam.
Aku ingin menjadi rumah bagimu, tempat kau kembali setelah lelah mengarungi dunia. Aku ingin menjadi hutan yang selalu kau rindukan, tempat di mana kau bisa melepaskan segala beban tanpa takut kehilangan jati diri. Namun, aku sadar, burung sepertimu tak bisa dikurung dalam sangkar.
Jika cinta ini seperti Mariposa, biarkan ia terbang menuju langit. Jika ia memang ditakdirkan kembali, aku akan menjaganya dengan penuh keyakinan dan sepenuh hati. Tapi jika ia memilih pergi, aku akan merelakannya, melepaskannya dengan senyuman. Karena cinta sejati tak butuh rantai—ia hanya tahu jalan pulang.
Samarinda, 11 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar