Sabtu, 01 Maret 2025

KENANGAN YANG TAK LURUH

 Kenangan yang Tak Luruh

Karya : Pena_Lingga


Kenangan itu masih kuingat dengan jelas, meski kisah kita begitu singkat. Seperti kidung senja yang dinyanyikan bayu di pelataran cakrawala, namamu masih menggema dalam lorong-lorong ingatanku. Kita pernah menjadi sepasang lakon dalam sandiwara takdir, di mana pertemuan adalah anugerah, dan perpisahan adalah karma yang tak bisa dielakkan.


Kau datang seperti angin yang membelai dedaunan, lembut tapi sulit kugenggam. Wajahmu pernah menjadi aksara yang kutulis di cakrawala jiwa, sementara suaramu bagai mantra yang menggema dalam ruang heningku. Tak kusangka, pertemuan itu hanyalah sekejap dharma yang berlalu sebelum sempat kurapal dalam doa.


Waktu menggulung kita seperti ombak yang mencumbu pantai, mengikis jejak langkah tanpa ampun. Aku masih bisa merasakan jejak kehangatan jemarimu yang pernah menyentuh duniaku, meski kini hanya menjadi bayangan dalam cermin embun. Kau adalah nadir dan zenit dalam semestaku, titik tertinggi sekaligus terendah dalam takdirku.


Ada getar yang masih tersimpan di sudut hati, meski realita telah memisahkan kita. Kau seperti aroma dupa yang menyelinap di udara, hadir tanpa rupa, tetapi mampu mengisi ruang kosong dalam batin. Cinta kita, seperti embun di ujung daun, indah namun rapuh, hadir hanya untuk lenyap seiring terbitnya sang surya.


Aku bertanya pada rembulan, apakah kisah kita hanya ilusi yang diciptakan semesta? Ataukah ini adalah lila—sebuah permainan takdir yang mempertemukan kita hanya untuk saling kehilangan? Namun, semesta tak pernah menjawab, ia hanya diam, membiarkan waktu mengikis semua yang pernah ada.


Setiap langkahku kini terasa seperti menapaki bayangan, di mana aku mengejarmu tetapi tak pernah bisa menggenggammu lagi. Aku adalah pejalan sunyi yang menapaki jalan takdir dengan membawa kenanganmu sebagai lentera. Namun, lentera itu perlahan meredup, seiring waktu yang terus berjalan tanpa ampun.


Aku mencoba menghapus jejakmu dari jiwaku, tetapi cinta ini seperti akar banyan yang menjalar dalam tanah, tak terlihat di permukaan tetapi tetap menghujam di kedalaman. Aku ingin melupakan, tetapi ingatan tentangmu seperti riak di sungai yang tak pernah berhenti mengalir.


Mungkin dalam kehidupan ini kita hanyalah sepasang bintang yang berpapasan dalam gelap, bersinar sesaat sebelum tenggelam dalam semesta yang luas. Namun, apakah kau tahu? Bahkan bintang yang redup masih menyisakan cahayanya di kanvas langit, seperti kenanganmu yang masih berpendar dalam ruang hatiku.


Kini aku hanya bisa menerima, bahwa takdir telah menulis kisah kita dengan tinta fana. Kita adalah puisi yang ditulis angin, tak pernah abadi, tetapi pernah ada. Dan meski kau telah menjauh, kenangan tentangmu tetap menjadi bait tak selesai dalam kitab kehidupanku.


Maka biarlah kisah ini menjadi angin yang berembus di antara helai-helai waktu. Tak perlu kurapal sebagai doa, tak perlu kuratapi sebagai duka. Cukuplah ia menjadi saksi bahwa kita pernah ada, meski hanya sekejap mata.


Samarinda, 01 Maret 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

( Dialog Y.T.S.A.M.S )

 Yang Tertinggal Setelah Aku Memberi Segalanya ( Part 1 ) Karya : Pena_Lingga 🤵: Hai ! Lama tak bertemu ya Kali ini aku datang dengan niat ...