Canduku
Karya : Pena_Lingga
Selain rokok dan kopi, tatapan dan suaramu adalah canduku. Tatapan yang selalu meneduhkan, seakan menjadi pelarian terbaik di antara hiruk-pikuk dunia yang semakin bising. Aku bisa tenggelam dalam matamu, menemukan ketenangan yang tak bisa diberikan oleh secangkir kopi panas di pagi hari.
Suaramu juga begitu candu. Entah ketika kau berbicara, tertawa, atau sekadar menyebut namaku dengan lembut. Ada irama di sana, seperti alunan musik yang tak pernah bosan kudengar. Suaramu mampu menenangkan badai dalam pikiranku, meredam segala keresahan yang kerap datang tanpa diundang.
Aku tidak membutuhkan nikotin untuk merasa tenang, tidak perlu kafein untuk tetap terjaga. Cukup dengan kehadiranmu, aku bisa merasa hidup. Senyummu lebih ampuh daripada sebatang rokok yang diisap dalam diam, lebih menghangatkan daripada kopi yang kuminum di pagi buta.
Saat dunia terasa berat, aku hanya ingin duduk bersamamu. Tidak perlu banyak kata, cukup menatapmu dan mendengar suaramu. Di situ aku menemukan candu yang paling murni, yang tidak merusak paru-paru atau lambungku, tetapi justru menyehatkan jiwaku.
Setiap kali kau pergi, aku seperti perokok yang kehabisan batang terakhirnya, seperti pecandu kopi yang tak sempat menyeruput paginya. Aku gelisah, resah, merasa ada yang hilang. Candu ini bukan ketergantungan yang merusak, tetapi lebih kepada kebutuhan yang tidak bisa dihindari.
Aku sering bertanya, bagaimana jika suatu saat candu ini harus kurelakan? Bagaimana jika aku harus kehilangan tatapan dan suara yang selama ini menenangkanku? Aku takut, tetapi aku juga tahu, tidak ada candu yang abadi.
Namun, untuk saat ini, biarkan aku tetap menikmati canduku. Biarkan aku tetap tenggelam dalam tatapanmu dan larut dalam suaramu. Aku ingin menyerap setiap detik kebersamaan ini, sebelum waktu memaksaku untuk berhenti.
Karena selain rokok dan kopi, tatapan dan suaramu adalah canduku. Dan aku tak ingin berhenti kecanduan.
Samarinda, 28 Februari 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar