Coretan Sederhana untukmu yang Kucinta
Karya: Pena_Lingga
Seperti angin yang berembus di antara daun-daun nyiur, namamu hadir dalam relung hatiku, meneduhkan, menenangkan. Aku menyebutmu dalam sunyi, dalam jeda waktu yang terasa abadi, seakan semesta pun mengerti bahwa namamu adalah mantra yang meneduhkan jiwaku.
Engkau bagai cahaya Chandra yang membelah gelap malam, sinarmu meresap ke dalam setiap sudut pikiranku, memberi ketenangan yang tak dapat kudefinisikan. Bahkan saat awan kelam menghalangi, aku tahu sinarmu tetap ada, menungguku dalam kesabaran yang tak bertepi.
Cintaku padamu seperti aliran sungai Saraswati, mengalir abadi, melintasi ruang dan waktu, tak pernah kering walau diterpa kemarau keraguan. Aku hanyalah seorang musafir yang mengikuti arusnya, terseret dalam pesonanya, dan rela tenggelam dalam derasnya rindu.
Setiap langkah yang kutempuh adalah jejak-jejak doa yang kuselipkan untukmu. Aku titipkan harapan pada angin yang berhembus dari barat, agar ia menyampaikan rinduku ke arahmu, membisikkan betapa namamu adalah kidung yang kudendangkan dalam setiap detak nadiku.
Seandainya cinta ini adalah aksara, maka engkau adalah aksara suci dalam kitab hatiku. Setiap kata yang kususun adalah untaian puja bagi hadirmu, dan setiap titiknya adalah tanda bahwa cintaku tak mengenal akhir, seperti cakra waktu yang terus berputar.
Aku mencintaimu dalam diam, seperti semesta yang menyembunyikan rahasia di balik cakrawala. Namun, diam ini bukanlah kesunyian, melainkan kidung yang hanya bisa didengar oleh hati yang peka, hati yang telah lama bersemayam dalam rindu.
Engkau adalah Tirtha Amerta, air keabadian dalam dahaga hatiku. Aku meneguk hadirmu dalam setiap bait doa, berharap tak akan pernah kehabisan rasa yang menghidupkan, sebab tanpamu, aku hanyalah padang gersang yang merindu tetesan hujan.
Biarlah waktu menguji kita dengan jarak dan ragu, sebab aku percaya, seperti cakra yang terus berputar, takdir akan membawa kita kembali pada satu titik temu. Aku tak takut pada gelap, sebab aku tahu di ujung malam, engkau adalah fajar yang akan selalu menyapa.
Jika cintaku adalah bintang, maka engkau adalah langit yang menampungnya. Tanpamu, aku hanyalah serpihan cahaya yang tersesat dalam kehampaan. Hanya dalam hadirmu, aku menemukan makna, menemukan tempat untuk berlabuh.
Maka biarkan aku mencintaimu dengan cara semesta mencintai pagi, dengan sabar, dengan keyakinan bahwa fajar akan selalu datang. Aku akan mencintaimu hingga waktu berhenti, hingga tak ada lagi jarak yang bisa memisahkan kita, hingga namamu menjadi satu dengan napasku.
Samarinda, 02 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar