Sabtu, 15 Februari 2025

Ziarah part1

 Ziarah Part1

Karya : Pena_Lingga


Hari ini adalah hari pertama aku datang berziarah ke pemakamanmu, kasih. Langkahku terasa berat, seolah setiap inci tanah ini menahan kakiku, enggan membiarkanku mendekat ke tempat di mana kau kini terbaring diam. Aku membawa setangkai bunga kesukaanmu, tapi apa gunanya bunga jika tak bisa lagi kau sentuh? Apa gunanya kehadiranku jika kau tak lagi di sini untuk menyambutku dengan senyum yang selalu menenangkan?


Aku duduk di samping pusaramu, menatap nama yang kini terpahat abadi di atas batu nisan. Betapa kejamnya waktu, kasihku. Ia merenggutmu dariku seperti ombak yang menyeret kapal ke tengah lautan, meninggalkanku terombang-ambing dalam kesedihan yang tak bertepi. Aku mencoba berbicara padamu, tetapi hanya angin yang menjawab, membawa suara lirihku ke tempat entah di mana.


Aku meraba tanah di atas pusaramu, mencoba merasakan kehangatan yang dulu selalu kau bagi denganku. Namun, yang kutemukan hanya dingin. Dingin yang mengingatkanku bahwa kau benar-benar telah pergi, bahwa tak ada lagi tanganmu yang bisa kugenggam saat dunia terasa berat. Aku bertanya-tanya, apakah di sana kau kesepian? Atau justru kau kini tenang, tak lagi dibebani luka dunia?


Langit mendung, seolah turut berduka bersamaku. Angin berhembus pelan, membelai rambutku seperti tanganmu yang dulu selalu menenangkan. Aku ingin percaya bahwa ini caramu menghiburku, bahwa meski ragamu tak lagi di sini, cintamu masih ada, mengalir dalam udara yang kini kuhirup dengan getir. Tapi aku terlalu rapuh untuk percaya, kasihku. Aku terlalu hancur untuk merasa utuh kembali.


Setiap sudut pemakaman ini adalah luka baru bagiku. Batu-batu nisan berdiri tegak, seolah menjadi saksi bisu dari ribuan kehilangan yang pernah terjadi. Aku kini menjadi bagian dari mereka—orang-orang yang meratapi kepergian, yang membawa pulang duka dalam genggaman, yang mengucap selamat tinggal tanpa pernah benar-benar siap.


Dulu, kita sering berbicara tentang masa depan. Tentang rumah kecil dengan jendela besar, tentang pagi yang dimulai dengan kopi dan tawa. Kini, semua impian itu menjadi debu yang tertiup angin, melayang tanpa arah, tak lagi punya tempat untuk berlabuh. Aku tak tahu bagaimana melanjutkan hidup tanpa bagian terindah dalam kisahku—tanpamu.


Aku ingin marah pada takdir, ingin menggugat langit yang begitu tega merenggutmu dariku. Tapi aku tahu, kemarahan tak akan mengembalikanmu. Tangisanku tak akan membuatmu bangun dari tidur panjangmu. Yang tersisa kini hanyalah aku, berdiri di antara kenangan yang terus menghantuiku, mencoba memahami bagaimana rasanya hidup dengan kekosongan sebesar ini.


Kasihku, aku takut. Takut melupakan suaramu, takut kehilangan bayanganmu di dalam pikiranku. Aku takut waktu akan menjauhkanmu dariku, membuatmu hanya menjadi sepotong kisah yang perlahan pudar. Aku ingin menyimpanmu selamanya di dalam hatiku, tapi bagaimana jika kenangan pun perlahan terkikis oleh hari-hari yang terus berjalan?


Aku tidak tahu apakah aku bisa menjadi kuat seperti yang dulu kau harapkan. Aku hanya tahu bahwa aku akan selalu kembali ke sini, membawa bunga yang kau suka, membisikkan doa yang mungkin bisa sampai kepadamu. Aku akan berbicara dengan sepi, berharap angin akan menyampaikan rinduku kepadamu.


Hari ini adalah awal dari perjalanan panjang tanpa kehadiranmu di sisiku. Aku tahu, dunia tidak akan berhenti berputar meskipun hatiku hancur berkeping-keping. Tapi aku berjanji, kasihku, aku akan tetap mencintaimu dalam diam, dalam doa, dalam kenangan yang tak akan pernah mati. Sebab cinta sejati tidak berakhir di pemakaman—ia hidup selamanya, dalam setiap hembusan napas dan detak jantung yang masih tersisa.


Raja Ampat, 15 Februari 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

( Dialog Y.T.S.A.M.S )

 Yang Tertinggal Setelah Aku Memberi Segalanya ( Part 1 ) Karya : Pena_Lingga 🤵: Hai ! Lama tak bertemu ya Kali ini aku datang dengan niat ...