Kamis, 13 Februari 2025

Senyum Terakhirmu

 Senyum Terakhirmu

Karya : Pena_Lingga & Penyair Tanpa Nama


Tuan: Bertahanlah, Puan... Aku mohon, jangan pergi. Aku tidak bisa membayangkan hari esok tanpa suaramu, tanpa tatapanmu, tanpa tanganmu yang selalu menggenggamku. Aku belum siap kehilanganmu, aku belum siap menghadapi dunia tanpa kehadiranmu di sisiku.


Puan: Tuan... Jangan menangis seperti itu. Air matamu membuatku semakin berat untuk pergi. Aku ingin melihatmu tetap tersenyum, seperti yang selalu kau lakukan saat menatapku penuh cinta. Aku ingin kau mengingatku bukan dengan kesedihan, tetapi dengan kenangan indah yang telah kita ukir bersama.


Tuan: Bagaimana mungkin aku bisa tersenyum jika kau tidak ada di sini? Bagaimana mungkin aku bisa menjalani hidup jika separuh jiwaku pergi meninggalkanku? Puan, aku butuh kau... Aku butuh kau di sini, bersamaku, selamanya.


Puan: Aku juga ingin tetap di sini, Tuan. Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu, berbagi cerita, menatap langit bersama, tertawa tanpa beban... Tapi sepertinya, takdir sudah menentukan jalan yang berbeda untuk kita. Waktuku telah tiba, dan aku tidak bisa melawannya.


Tuan: Tidak! Jangan bicara seperti itu! Aku tidak peduli dengan takdir, aku tidak peduli dengan waktu, aku hanya ingin bersamamu lebih lama. Aku akan melakukan apa saja untuk mempertahankanmu, aku akan berjuang sekuat tenaga agar kau tetap di sini.


Puan: Tuan, tidak ada yang bisa melawan kehendak-Nya. Kita hanya manusia, kita tidak memiliki kuasa atas hidup dan mati. Aku tahu ini menyakitkan, aku tahu ini sulit, tapi kita tidak bisa terus menolak kenyataan.


Tuan: Kenyataan ini terlalu kejam. Kenyataan ini merenggut orang yang paling aku cintai. Bagaimana aku bisa menerima sesuatu yang menghancurkan hatiku? Bagaimana aku bisa melepasmu, sementara aku ingin menggenggammu lebih erat?


Puan: Hidup memang penuh dengan perpisahan, Tuan. Tidak ada yang abadi di dunia ini, kecuali cinta yang kita miliki. Meski ragaku akan pergi, percayalah, cintaku akan tetap tinggal bersamamu. Setiap kenangan yang kita lalui akan tetap hidup di dalam hatimu.


Tuan: Tapi aku ingin lebih dari sekadar kenangan, Puan. Aku ingin kau benar-benar ada, aku ingin bisa menyentuhmu, mendengar suaramu, melihat matamu bersinar saat kau tersenyum kepadaku. Aku tidak siap kehilangan semua itu.


Puan: Aku pun begitu, Tuan. Aku pun ingin tetap berada di sisimu, ingin menemanimu melewati hari-hari yang sulit, ingin menjadi pelindungmu seperti kau selalu melindungiku. Tapi... ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, dan inilah salah satunya.


Tuan: Aku belum siap. Aku belum siap kehilanganmu. Aku belum siap menghadapi malam-malam panjang tanpa suaramu, tanpa tanganmu menggenggamku. Aku takut, Puan... Aku takut sendirian tanpa dirimu.


Puan: Kau tidak akan sendirian, Tuan. Kau memiliki banyak orang yang mencintaimu, yang akan selalu ada untukmu. Dan meskipun aku tidak bisa lagi berada di sampingmu secara fisik, jiwaku akan selalu bersamamu. Aku janji.


Tuan: Itu tidak cukup. Aku ingin melihatmu tersenyum setiap pagi, mendengar suaramu memanggil namaku, merasakan kehangatan pelukanmu. Bagaimana aku bisa menjalani hari-hari tanpa semua itu?


Puan: Kau akan menemukan caranya, Tuan. Waktu akan mengajarkanmu bagaimana melangkah, bagaimana menerima, bagaimana menjalani hidup meskipun rasanya tak lagi sama. Aku percaya padamu, aku tahu kau bisa melewati ini.


Tuan: Tidak, Puan. Aku tidak sekuat itu. Aku tidak sekuat yang kau pikirkan. Aku rapuh, aku hancur, aku tidak tahu bagaimana caranya hidup tanpa kau di sisiku.


Puan: Kau lebih kuat dari yang kau kira, Tuan. Aku telah melihat keteguhan hatimu, aku tahu kau bisa melewati segala hal, bahkan kehilangan ini. Aku tidak ingin kau terpuruk dalam kesedihan. Aku ingin kau tetap melanjutkan hidupmu.


Tuan: Tapi hidup tanpa dirimu bukanlah hidup yang aku inginkan. Aku tidak ingin melanjutkan hidup dalam kehampaan, dalam kesunyian yang kau tinggalkan.


Puan: Jangan jadikan kepergianku sebagai alasan untuk berhenti hidup, Tuan. Aku ingin kau terus berjalan, terus melangkah, dan menemukan kebahagiaan, meskipun itu berarti aku hanya menjadi bagian dari masa lalu yang kau kenang.


Tuan: Aku tidak ingin kau menjadi masa lalu. Aku ingin kau tetap menjadi bagian dari masa depanku. Aku ingin kita tetap bersama, sampai akhir waktu.


Puan: Aku akan selalu menjadi bagian dari hidupmu, Tuan. Aku akan selalu ada di hatimu, dalam setiap langkah yang kau ambil, dalam setiap napas yang kau hirup. Aku tidak akan benar-benar pergi.


Tuan: Aku ingin menghentikan waktu, agar aku bisa bersamamu lebih lama. Aku ingin dunia berhenti berputar, agar aku bisa menikmati setiap detik bersamamu tanpa harus takut kehilangan.


Puan: Waktu tidak bisa dihentikan, Tuan. Tapi cinta kita, kenangan kita, semua yang telah kita lalui bersama... Itu akan selalu abadi. Itu tidak akan pernah hilang.


Tuan: Tapi aku ingin lebih dari sekadar kenangan... Aku ingin lebih dari sekadar ingatan. Aku ingin kau tetap di sini, bersamaku, selamanya.


Puan: Aku ingin itu juga, Tuan... Tapi mungkin ini adalah cara Tuhan mengajarkan kita tentang arti cinta yang sejati. Cinta bukan hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang merelakan.


Tuan: Aku tidak bisa merelakanmu, Puan... Aku tidak bisa...


Puan: Suatu hari nanti, kau akan mengerti, Tuan. Suatu hari nanti, kau akan menemukan kedamaian dalam perpisahan ini. Aku ingin kau hidup dengan bahagia, bukan terjebak dalam kesedihan karena aku telah tiada.


Tuan: Aku tidak tahu bagaimana caranya... Aku tidak tahu bagaimana menjalani hari-hari tanpa hadirmu...


Puan: Kau akan menemukan jalannya, Tuan. Aku percaya padamu...


Tuan: Puan… jangan… jangan tinggalkan aku… Aku mohon…


Puan: Tuan... Aku mencintaimu... selalu...


Tuan: Puan...? Puan...? Tolong... Jangan pergi...


Ruang Duka, 13 Februari 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

( Dialog Y.T.S.A.M.S )

 Yang Tertinggal Setelah Aku Memberi Segalanya ( Part 1 ) Karya : Pena_Lingga 🤵: Hai ! Lama tak bertemu ya Kali ini aku datang dengan niat ...