(Prosais)
Kiamat pada Hati ini
Karya : Pena_Lingga
Aku merasakan kiamat di hatiku. Seolah langit runtuh di dalam dadaku, menghancurkan segala yang pernah kukenal sebagai cinta. Tidak ada gemuruh, tidak ada peringatan, hanya kehancuran yang datang tiba-tiba, menyisakan puing-puing yang bahkan tak bisa kusatukan lagi.
Segalanya terasa hampa, seperti kota mati setelah badai besar. Aku berjalan di antara reruntuhan kenangan, mengais sisa-sisa kebahagiaan yang mungkin masih bisa kuselamatkan. Namun, tak ada yang tersisa selain serpihan luka yang menusuk lebih dalam dari yang kubayangkan.
Dulu, aku pikir perpisahan hanya seperti angin yang berlalu, menyisakan sedikit dingin yang bisa dihangatkan waktu. Tapi kali ini berbeda. Ini seperti badai yang mencabut akar-akar kehidupanku, meninggalkanku sebagai pohon tumbang yang tak lagi bisa berdiri.
Cinta yang dulu megah kini telah berubah menjadi debu. Segala janji yang pernah kita ucapkan kini tak lebih dari bisikan samar yang lenyap di udara. Aku mencoba mengingat bagaimana rasanya dicintai, tapi yang kudapat hanya bayangan samar yang semakin menjauh.
Aku pernah percaya bahwa cinta akan selalu menemukan jalannya, bahwa tak peduli seberapa gelap jalan yang kita lalui, kita akan tetap bersama. Namun, kini aku tahu bahwa cinta pun bisa tersesat, dan ketika itu terjadi, ia tak selalu menemukan jalan pulang.
Hari-hari berlalu tanpa arti, seperti jam yang berdetak hanya karena ia harus berdetak, bukan karena ada sesuatu yang ditunggu. Aku bangun dengan hati yang kosong, berjalan dengan langkah yang tak lagi memiliki tujuan, dan tidur hanya untuk melupakan, meskipun hanya sesaat.
Aku bertanya-tanya apakah ini yang disebut akhir? Apakah ini yang dimaksud dengan kehilangan yang tak bisa diperbaiki? Jika iya, maka aku telah mengalaminya, dan aku tak tahu apakah aku masih bisa kembali menjadi utuh.
Dalam diam, aku mencoba menerima. Bahwa kiamat ini adalah bagian dari kisahku, bahwa reruntuhan ini adalah bagian dari perjalanan yang harus kulalui. Namun, menerima bukan berarti berhenti merasakan sakit, karena nyatanya, setiap tarikan napas masih terasa berat.
Mungkin suatu hari nanti, dari puing-puing ini, aku akan membangun sesuatu yang baru. Sesuatu yang mungkin tidak sama, tapi cukup untuk membuatku bertahan. Mungkin saat itu, aku akan melihat ke belakang dan menyadari bahwa kiamat di hatiku bukanlah akhir dari segalanya.
Tapi untuk saat ini, aku masih berdiri di antara reruntuhan itu, menatap langit yang kelabu, mencoba mencari seberkas cahaya di antara abu yang beterbangan.
Raja Ampat, 01 Februari 2025
----------PERTANGGUNG JAWABAN NASKAH--------
Naskah ini merupakan karya orisinal yang ditulis berdasarkan pemikiran saya. Semua elemen dalam naskah, termasuk gaya bahasa, metafora, dan struktur, adalah hasil pemikiran kreatif tanpa mengambil atau menyalin dari sumber lain.
Dalam penyusunan naskah ini, saya menggunakan pendekatan sastra dengan nuansa puitis untuk menggambarkan perasaan kehilangan yang mendalam. Pemilihan kata-kata dan penggambaran emosional bertujuan untuk menciptakan suasana yang sesuai dengan tema "kiamat di hati," yang merepresentasikan kehancuran emosional akibat perpisahan atau kehilangan.
Naskah ini tidak mengandung unsur plagiarisme, dan jika terdapat kemiripan dengan karya lain, itu bersifat kebetulan semata karena tema kehilangan dan kesedihan adalah hal
universal dalam karya sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar