Cinta yang Terpaksa,Sebab Di Paksa
Karya : Pena_Lingga
Aku pernah percaya bahwa cinta bisa tumbuh, bahkan dari benih yang ditanam di tanah tandus. Aku mengira, kesabaran dan pengorbanan akan menyuburkannya, membuatnya berakar kuat, lalu berbuah bahagia. Tapi nyatanya, aku hanya menyirami duri yang perlahan menusuk jiwaku sendiri.
Kau datang membawa janji yang lebih manis dari madu, menjanjikan rumah tempat kita bernaung, keluarga yang akan kita bangun, dan bahagia yang kelak akan kita genggam. Katamu, cukup aku menunggu dengan setia, bekerja di negeri orang, menabung demi masa depan yang kita impikan.
Aku percaya, sepenuh hati. Aku bekerja siang dan malam, memeras keringat di negeri yang bukan tanah kelahiranku. Setiap upah yang kudapat, kuserahkan padamu tanpa ragu. Kupikir, inilah caraku mencintai, inilah pengorbanan yang harus kutanggung demi kita.
Tapi ternyata, aku bukan kekasihmu, hanya lumbung emas yang kau kuras perlahan. Kau tak pernah benar-benar menungguku, tak pernah sungguh-sungguh ingin menepati janji. Kau hanya ingin apa yang kuberikan, bukan aku sebagai manusia yang mencintaimu.
Dan saat aku pulang, bukan pelukan yang menyambutku, melainkan tanganmu yang terangkat tinggi. Kau jadikan tubuhku kanvas bagi amarahmu, kau lukiskan luka dengan pukulan yang tak pernah kuminta. Aku bertanya-tanya, sejak kapan cinta berubah menjadi derita?
Aku mencari jawaban dalam tatapanmu, tapi yang kutemukan hanya kehampaan. Mata yang dulu kupikir penuh kasih, kini lebih dingin dari batu nisan. Tak ada lagi janji pernikahan, tak ada lagi rencana masa depan. Yang tersisa hanya aku yang kau manfaatkan, hingga tak tersisa sepeser pun tabunganku.
Aku ingin pergi, tapi entah mengapa kaki ini terasa berat. Seakan rantai tak kasatmata masih membelengguku, mengingatkanku pada semua pengorbanan yang pernah kuberikan. Tapi untuk apa bertahan jika aku hanya menjadi bayang-bayang dari harapan yang tak pernah nyata?
Akhirnya, aku sadar bahwa cinta yang dipaksa tak akan pernah tumbuh menjadi kebahagiaan. Seperti bunga yang dipaksa mekar sebelum waktunya, ia hanya akan layu sebelum sempat bersinar. Aku harus melepaskan, bukan karena aku tak mencintai, tapi karena aku lebih mencintai diriku sendiri.
Aku pergi, bukan sebagai pecundang, tapi sebagai seseorang yang memilih untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Aku telah memberikan segalanya, bahkan saat kau tak pernah menghargainya. Kini, waktuku untuk mengumpulkan kembali kepingan yang telah kau hancurkan.
Dan saat aku melangkah menjauh, aku berjanji pada diriku sendiri—aku tak akan lagi membiarkan cinta menjadi belenggu. Aku tak akan lagi menjadi tanah yang kau injak. Aku akan menjadi langit, luas dan tak tersentuh, tak lagi bisa kau kuasai.
Raja Ampat, 14 Februari 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar