AKU INGIN PULANG
Karya : Pena_Lingga
Aku ingin pulang. Tapi entah rumah yang mana. Setiap sudut yang dulu terasa hangat kini asing. Setiap jalan yang pernah kukenal kini membingungkan. Aku berdiri di persimpangan, bertanya-tanya, ke mana kaki ini seharusnya melangkah.
Aku pernah percaya bahwa rumah adalah tempat di mana aku dilahirkan. Namun, saat aku kembali, semuanya telah berubah. Dinding-dindingnya tetap berdiri, tapi rasanya kosong. Suara tawa yang dulu memenuhi ruangan kini hanya gema samar dalam ingatan. Apakah ini masih bisa disebut rumah?
Mungkin rumah bukan sekadar bangunan dengan atap dan dinding. Mungkin rumah adalah seseorang—atau beberapa orang—yang membuat kita merasa utuh. Namun, jika begitu, bagaimana jika orang-orang itu telah pergi? Apakah itu berarti rumah pun menghilang?
Aku mencoba mencari rumah dalam kenangan. Kembali ke masa-masa di mana aku merasa diterima, dicintai, dan tidak tersesat. Tapi kenangan hanya bayangan. Semakin kucoba meraihnya, semakin ia menjauh. Seperti ombak yang menelan jejak kaki di pasir, ia menghapus kehangatan yang dulu ada.
Aku melangkah ke kota lain, mencari rumah dalam wajah-wajah baru. Aku berbicara dengan banyak orang, mencoba membangun kembali kehangatan yang hilang. Namun, ada yang selalu kurang. Ada ruang kosong di dalam dada yang tak bisa terisi, sekeras apa pun aku berusaha.
Barangkali rumah bukan tempat yang bisa ditemukan, melainkan sesuatu yang kita bangun. Sesuatu yang tumbuh di antara perbincangan panjang, dalam keheningan yang nyaman, di balik pelukan yang tidak ingin dilepaskan. Tapi bagaimana jika aku tidak tahu di mana harus mulai membangunnya kembali?
Aku bertanya pada langit malam, pada angin yang berembus pelan. Di mana rumahku sebenarnya? Apakah ia masih ada, atau hanya ilusi yang kuciptakan sendiri? Namun, langit tetap diam, dan angin hanya berlalu tanpa jawaban.
Mungkin aku telah kehilangan rumah karena aku juga telah kehilangan diriku sendiri. Aku terlalu sibuk mencari tempat untuk pulang, sampai lupa bahwa rumah sejati ada di dalam diri. Aku harus menemukannya di sana sebelum mencarinya di tempat lain.
Jadi, aku akan berhenti mencari di luar. Aku akan duduk diam dan mendengar suara hatiku sendiri. Aku akan mencoba menerima kesunyian, membiarkan kesedihan menyatu dengan napas, dan perlahan-lahan membangun rumah di dalam diriku sendiri.
Karena mungkin rumah bukan tentang ke mana kita kembali, tapi tentang di mana kita merasa tenang. Dan aku harus menciptakan ketenangan itu, sebelum bisa benar-benar menemukan rumah.
Raja Ampat, 04 Februari 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar