Jumat, 20 Desember 2024

BINTANG AYAH KEMANA ?

 BINTANG AYAH KEMANA ?

( Senandika )


Karya : Andi Irwan [ Pena_Lingga ]



Anak kecil: Bintang, mengapa ayah begitu cepat perginya?


Ayah… aku masih ingat dengan jelas, pagi itu. Aku melihatmu duduk di kursi dengan wajah yang sedikit lelah, tapi tetap tersenyum. Aku berlari ke pelukanmu, memelukmu erat-erat. Ayah, kamu bilang, “Jaga dirimu baik-baik, nak. Ayah akan selalu ada untukmu.” Tapi bagaimana bisa, ayah? Kenapa kamu pergi begitu cepat, tanpa memberi tahu aku bahwa ini adalah kali terakhir kita berpelukan?


Aku tak tahu apa yang harus kurasakan. Rindu begitu dalam, membuat hatiku terasa sesak. Bahkan sampai sekarang, aku masih menunggu, menunggu kamu muncul di depan pintu dengan senyumanmu yang hangat, seperti dulu. Tapi yang datang hanya kesunyian. Tak ada suara langkahmu lagi yang biasa menandakan bahwa kamu ada di sini, di rumah ini, bersama kami.


Ayah, aku ingin sekali mendengar suara tawa kita bersama lagi. Aku ingin mendengarmu bercerita tentang kisah-kisah lucu yang selalu kau ceritakan saat malam tiba, agar aku bisa tertidur dengan tenang. Tapi sekarang, yang ada hanya hening. Hening yang menakutkan. Aku takut setiap malam, takut dengan kegelapan yang datang setelah ibu mematikan lampu. Di tempat tidurku, hanya ada bayanganku sendiri, dan aku merasa begitu kecil, begitu sendirian. Aku ingin sekali berteriak, memanggil namamu, tapi suaraku seakan terbungkam, tak mampu keluar.


Bintang, kau pernah bilang bahwa bintang bisa menjadi penunjuk jalan. Tapi sekarang aku merasa tersesat. Di malam yang gelap ini, aku mencari-cari, berharap bisa melihatmu di sana, di bawah cahaya yang sama, seolah-olah kau akan datang menjemputku, menuntunku pulang. Tapi tidak ada. Tidak ada apa-apa selain hampa yang mengelilingiku. Aku ingin lari, ingin melompat ke arahmu, ayah, ke tempat di mana kau sekarang berada, tetapi langkahku tak kunjung sampai.


Ibu berkata bahwa ayah pergi ke tempat yang lebih baik, tempat di mana tidak ada sakit dan kesedihan. Tapi kenapa, ayah? Kenapa tempat yang lebih baik itu harus jauh dari aku? Aku ingin ayah di sini, di dekatku, di rumah ini, tempat di mana kita seharusnya berbagi kebahagiaan. Aku ingin merasakan pelukanmu lagi, pelukan yang dulu selalu membuatku merasa aman, tak takut pada apapun. Tapi sekarang, pelukan itu hanya menjadi kenangan yang semakin kabur.


Setiap malam, aku tidur dengan mata yang terbuka, memandang langit-langit kamar yang gelap. Aku mendengar suara hujan di luar, dan rasanya seperti hujan itu menghapuskan segala hal yang aku inginkan. Aku ingin berlari ke halaman, ke tempat di mana kita dulu bermain bola bersama. Tetapi tak ada lagi langkahmu di sana. Tak ada lagi suara tawamu yang dulu selalu membuatku tertawa. Hanya angin yang berdesir, seakan berusaha menenangkan hatiku yang terluka.


Kadang-kadang, aku duduk di meja makan, menatap kursi kosong di hadapanku. Dulu, di sana selalu ada ayah, duduk dengan tenang sambil menikmati makan malam bersama kami. Tapi sekarang, kursi itu kosong. Tak ada yang mengisi. Aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tak bisa digantikan.


Bintang, aku tahu aku harus kuat, aku tahu aku harus belajar menerima kenyataan bahwa ayah sudah tak ada lagi. Tapi bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa menerima kenyataan ini, ketika setiap sudut rumah ini terasa seperti mengingatkanku padanya? Ketika setiap langkah yang kuambil terasa seperti berjalan tanpa arah?


Aku ingin berlari, ingin pergi ke tempat di mana kau berada, tapi aku takut. Takut aku tak akan bisa kembali. Takut aku tak akan pernah menemukan jalan pulang. Takut aku tak akan pernah merasakan hangatnya pelukanmu lagi. Aku hanya ingin melihatmu satu kali lagi, mendengar suara lembutmu memanggil namaku, mengingatkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja.


Ayah, aku berjanji akan menjadi anak yang baik. Aku akan belajar untuk menjadi kuat, meskipun rasanya sangat sulit. Aku akan menjaga ibu, meskipun aku merasa tak cukup kuat untuk itu. Aku akan selalu mengenangmu, ayah, mengenang setiap momen yang kita miliki bersama, meskipun sekarang kau jauh di sana, di tempat yang tak bisa aku jangkau.


Bintang, jika ayah bisa mendengarku dari sana, tolong bilang padanya bahwa aku merindukannya. Merindukan suaranya, merindukan tawanya, merindukan pelukannya. Dan meskipun aku tak bisa melihatnya lagi, aku akan terus berharap, suatu hari nanti, kita akan bertemu lagi.


Ayah… aku akan selalu mencintaimu, bahkan jika dunia ini berubah, bahkan jika aku harus melewati hari-hari tanpa dirimu. Cintaku padamu tak akan pernah pudar. Tak akan pernah.


Sorong, 15 Desember 2024


----------------------------------------------------

Makna dari Senandika Anak Kecil yang Ditinggal Mati oleh Ayahnya


Senandika ini menggambarkan perasaan seorang anak kecil yang baru saja kehilangan ayahnya karena kematian. Dalam kesedihannya, anak tersebut tidak hanya merasakan kesepian yang mendalam, tetapi juga kebingungan dan ketakutan akan masa depan tanpa sosok yang selama ini menjadi pelindung dan pemberi kasih sayang. Anak tersebut berusaha memahami kenyataan bahwa ayahnya telah pergi, tetapi perasaan rindu dan kehilangan yang tak tertahankan membuatnya merasa terperangkap dalam kesedihan.


Melalui senandika ini, kita bisa merasakan perasaan anak yang mencoba mencari penghiburan dan penjelasan di balik kehilangan tersebut. Ia bertanya kepada bintang, simbol dari harapan dan petunjuk, seakan berharap ada sesuatu yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kepergian ayahnya dan mengurangi kesedihannya. Namun, meskipun penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab, senandika ini juga mengandung harapan yang tulus—bahwa meskipun ayahnya telah pergi, kenangan tentang ayahnya akan selalu hidup dalam hati anak tersebut.


Isi dari Naskah Ini


Naskah ini adalah sebuah monolog atau senandika yang mengekspresikan perasaan seorang anak kecil yang merasa kehilangan ayahnya karena kematian. Dalam alur naskah ini, anak tersebut bertanya-tanya mengapa ayahnya pergi begitu cepat dan bagaimana ia harus menghadapinya. Rasa rindu yang mendalam menghantui anak ini, dan ia merindukan pelukan, tawa, dan kehadiran ayah yang selalu memberikan rasa aman dan kenyamanan.


Anak itu menggambarkan ketakutannya saat malam datang, di mana ia merasa kesepian tanpa ayah di sampingnya. Ia menyadari bahwa segala kenangan indah bersama ayah kini hanya tinggal kenangan yang tak bisa diulang. Anak tersebut merasa terperangkap dalam rasa kehilangan, dan meskipun ibu mencoba memberi penghiburan dengan mengatakan bahwa ayah sudah berada di tempat yang lebih baik, anak itu merasa tak bisa menerima kenyataan tersebut.


Naskah ini berfokus pada perasaan anak yang bingung, kesepian, dan penuh harapan meskipun harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ayahnya sudah tiada. Ada perasaan ingin kembali merasakan kehadiran ayah, namun juga adanya pemahaman bahwa ia harus terus hidup dan belajar untuk kuat, meski rasa sakit dan kehilangan itu begitu besar. Senandika ini menyampaikan pesan bahwa meskipun seseorang yang kita cintai telah pergi, kenangan dan cinta kepada mereka akan selalu ada, dan itu memberikan kekuatan untuk terus maju.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

( Dialog Y.T.S.A.M.S )

 Yang Tertinggal Setelah Aku Memberi Segalanya ( Part 1 ) Karya : Pena_Lingga 🤵: Hai ! Lama tak bertemu ya Kali ini aku datang dengan niat ...