Ayah, Aku Rindu Pelukanmu
Karya : Pena_Lingga
Ayah, dunia ini terasa semakin sesak, seperti malam tanpa bintang yang enggan memberi cahaya. Aku berjalan dalam gelap, tersandung beban yang semakin hari kian berat. Jika saja aku bisa berlari ke pelukanmu, mungkin semua ini tak akan terasa sehampa ini.
Aku lelah, Yah… Seperti ombak yang terus menerjang pantai, aku dihantam oleh kenyataan yang tak pernah berpihak. Langkahku terasa rapuh, seakan berjalan di atas jembatan kayu yang hampir patah. Aku butuh sandaran, aku butuh kamu.
Masih teringat jelas bagaimana dulu kau menepuk pundakku dengan lembut, menenangkanku dengan suara yang selalu terdengar seperti lagu pengantar tidur. Tapi kini, hanya sepi yang menggantikan suaramu. Hanya kenangan yang menjadi teman setiaku.
Aku mencoba kuat, mencoba berdiri tegak di tengah badai. Tapi tanpa pelukanmu, aku hanyalah layang-layang yang putus, terombang-ambing tanpa arah. Aku ingin menyerah, Yah… tapi aku tahu kau tak akan mengizinkanku tenggelam dalam kesedihan.
Setiap malam, aku berbicara dengan bintang-bintang, berharap mereka bisa mengantarkan rinduku padamu. Aku tahu itu mustahil, tapi apa lagi yang bisa kulakukan selain berharap? Rindu ini semakin menyesakkan, seperti tangan tak terlihat yang perlahan mencekik dadaku.
Andai waktu bisa diputar, aku ingin kembali ke masa kecil, saat aku bisa memelukmu kapan saja tanpa takut kehilangan. Saat dunia masih sederhana, dan kebahagiaan hanya sesederhana genggaman tanganmu. Kini, aku hanya bisa menggenggam udara kosong, merasakan dinginnya kehilangan.
Aku sering bermimpi bertemu denganmu, dan saat terbangun, aku berharap itu nyata. Tapi kenyataan selalu datang seperti tamparan keras, mengingatkanku bahwa kau sudah tak di sini. Ayah, mengapa perpisahan harus terasa sepedih ini?
Hidup terus berjalan, tapi langkahku terasa semakin berat. Seperti burung yang kehilangan sayapnya, aku tak tahu bagaimana bisa terbang lagi. Aku rindu pelukanmu, rindu setiap nasihat yang dulu sering kali kuabaikan. Kini, aku mengerti betapa berharganya setiap kata yang kau ucapkan.
Ayah, jika kau bisa mendengarku dari kejauhan, ketahuilah bahwa aku sedang berusaha bertahan. Aku tahu kau ingin melihatku tetap kuat, tapi terkadang aku tak bisa menahan air mata ini. Aku hanya ingin pulang, kembali ke dalam pelukan yang tak pernah menghakimi, hanya memberi kehangatan.
Aku akan tetap melangkah, meski kakiku gemetar. Aku akan tetap berjuang, meski hatiku hancur. Sebab aku tahu, kau pasti mengawasiku dari kejauhan, memastikan aku baik-baik saja. Ayah, tunggu aku dalam doa-doaku… sampai suatu hari nanti, aku bisa memelukmu lagi.
Samarinda, 09 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar