TIGA PULUH HARI YANG MENGAJARIKU MELEPASKAN
Oleh : Andi Irwan ( Pena_Lingga )
Tiga puluh hari kita bersama, mengukir kenangan yang seolah abadi. Setiap detik yang terlewat, terasa penuh makna, seakan waktu berhenti untuk kita. Tawa, tangis, dan harapan kita jalin dalam perjalanan singkat yang penuh warna, seperti bunga yang mekar di tengah kebun sunyi. Namun kini, aku harus menerima kenyataan pahit bahwa kau tega untuk mendua. Kau yang dulu berjanji akan setia, kini memilih jalan lain, meninggalkan aku dengan serpihan harapan yang tak lagi utuh, seperti daun yang jatuh diterpa angin. Apa yang kurang dari kita? Apakah aku tak cukup berarti untukmu, hingga cinta yang kita bangun dalam waktu sebulan ini begitu mudah kau abaikan?
Kau datang dengan senyum yang menenangkan, dan aku terperangkap dalam pesona itu, seperti kupu-kupu yang jatuh ke dalam jaring. Aku percaya setiap kata yang kau ucapkan, percaya bahwa kita bisa mengatasi segala rintangan bersama. Namun, ternyata janji-janji itu hanyalah kata-kata kosong yang tak berarti apa-apa, seperti embun yang menguap oleh sinar mentari. Aku merasa bodoh, mempercayai bahwa cinta kita bisa bertahan, bahwa kau bisa menjadi tempat yang aman untuk hatiku. Kini, aku hanya bisa menatap punggungmu yang menjauh, meninggalkan aku dengan banyak pertanyaan yang tak pernah terjawab, seperti bintang yang redup di langit malam.
Mungkin aku terlalu cepat berharap, terlalu cepat memberi hatiku. Aku tahu, cinta bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan, dan aku tak bisa memaksamu untuk tetap tinggal. Namun, apa yang membuatmu memilih untuk mendua? Apakah semua yang kita jalani hanya kebohongan belaka? Apakah aku tidak cukup berarti, ataukah ada yang lebih menarik di luar sana? Semua pertanyaan itu menggantung di benakku, seperti awan gelap yang menutupi sinar matahari, membingungkan dan penuh kegelapan.
Di saat aku mencoba untuk menerima kenyataan ini, hati ini terasa begitu berat, seperti batu besar yang menekan dadaku. Aku merasa hancur, namun juga sadar bahwa hidup harus terus berjalan. Cinta yang hilang takkan mengubah jalanku, meski rasa sakit ini terus menghantui. Aku tahu aku harus bangkit, meski itu tak mudah. Luka ini begitu dalam, namun aku tak boleh terjatuh terlalu lama. Aku masih punya hidup yang harus kutapaki, meski bayang-bayangmu masih mengganggu pikiranku, seperti bayangan yang menari di senja yang kelabu.
Aku belajar bahwa cinta tak selalu indah, dan tidak semua kisah berakhir dengan bahagia. Namun, setiap pengalaman adalah pelajaran berharga, seperti batu tajam yang mengasah pisau. Aku harus belajar untuk melepaskan, meski hatiku belum siap. Ada banyak hal yang harus kukerjakan, banyak hal yang harus kulalui tanpa menoleh kembali. Mungkin suatu hari nanti, aku akan memahami mengapa kita berpisah, dan mungkin juga, aku akan menemukan cinta yang lebih tulus, yang tak akan menyakiti seperti ini, seperti bunga yang tumbuh kembali setelah musim dingin berlalu.
Terkadang, aku bertanya-tanya apakah aku sudah cukup memberi ruang untuk diriku sendiri. Terlalu banyak waktu yang kuhabiskan untuk mencintaimu, hingga aku lupa untuk mencintai diriku sendiri, seperti kapal yang melaut tanpa arah. Kini, aku sadar bahwa aku harus mulai menemukan kembali siapa diriku, tanpa mengandalkanmu. Aku harus belajar untuk berdiri sendiri, menemukan kekuatanku yang hilang. Waktu mungkin tak akan mengembalikan apa yang hilang, tetapi waktu akan mengajarkan aku untuk lebih bijaksana dalam mencintai, seperti pohon yang tumbuh lebih kokoh setelah diterpa badai.
Kini, aku melepaskanmu dengan ikhlas, meski berat rasanya. Cinta yang kau tinggalkan akan menjadi kenangan, namun aku tak ingin terperangkap di dalamnya. Aku akan terus berjalan, meski langkah ini terasa berat, seperti kaki yang menapaki tanah berbatu. Suatu saat nanti, aku percaya aku akan menemukan kebahagiaan yang tak perlu diwarnai dengan kesedihan. Aku akan menjadi lebih kuat, lebih dewasa, dan lebih siap untuk menghadapi hidup yang penuh dengan ketidakpastian, seperti sungai yang mengalir meski dihadang batu. Semua ini adalah bagian dari perjalanan, dan aku tahu, aku akan sampai pada tujuan akhirnya—tanpa dirimu.
Rumah Li
terasi
7 Desember 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar