SESAKIT INI KAH
( senandika )
Karya : Andi Irwan [ Pena_Lingga ]
Sesakit ini kah rasanya? Melihatmu berdiri di sana, dengan senyum yang sama, tapi bukan untukku. Semua impian dan harapan yang ku simpan dalam diam, kini terasa sia-sia. Aku tak sempat mengucapkan bahwa aku mencintaimu, sebelum tanganmu digenggam oleh yang lain. Sakit ini begitu menusuk, seperti belati yang tak henti mengoyak hatiku.
Saat mata kita bertemu, ada rasa yang terpendam, kata-kata yang tersangkut di tenggorokan, tak mampu keluar. Ada keinginan untuk berteriak, untuk mengungkapkan segalanya, tapi lidahku kelu, terbelenggu oleh ketakutan dan keraguan. Setiap senyummu yang kulihat, setiap tawa yang kudengar, semuanya seperti paku yang menancap dalam-dalam di jiwaku.
Waktu berlalu begitu cepat, dan aku hanya bisa menyesal. Mengapa aku tak pernah berani? Mengapa aku tak pernah mencoba? Kini, hanya bayanganmu yang tersisa, bersama kenangan yang tak sempat terwujud. Setiap kali aku melihatmu bersama dia, hatiku hancur berkeping-keping, seolah-olah aku kehilangan bagian dari diriku sendiri.
Aku menatap punggungmu yang semakin menjauh, dan di sanalah, di tengah keramaian, aku sendirian dengan perasaan yang tak terucapkan. Mungkin, suatu hari nanti, aku akan belajar menerima bahwa kau bukan untukku. Tapi untuk saat ini, biarkan aku merasakan pedih ini, karena inilah bukti bahwa aku pernah mencintaimu, meski tak pernah terucap.
Malam-malam kuhabiskan dengan bertanya pada diriku sendiri, apa yang salah? Apa yang kurang dari usahaku? Mengapa takdir begitu kejam membiarkanku mencintaimu dalam diam, hanya untuk melihatmu pergi bersama yang lain? Setiap malam terasa semakin dingin dan sepi, seperti dunia yang kehilangan cahayanya.
Setiap kenangan tentangmu adalah duri yang menusuk di hatiku. Senyummu, suaramu, tatapan matamu, semuanya tersimpan dalam ingatanku, namun hanya menambah rasa sakit ini. Aku mencoba untuk melupakan, tapi semakin aku berusaha, semakin kuat bayangmu menghantuiku. Seakan-akan hatiku terikat pada bayanganmu, tak mampu lepas meski aku tahu itu hanya akan menyakitiku lebih dalam.
Akhirnya, aku hanya bisa pasrah. Mungkin, cinta ini adalah pelajaran bagiku untuk lebih berani mengungkapkan perasaan. Meski rasa sakit ini begitu dalam, aku akan belajar menerima kenyataan. Kau mungkin tak pernah tahu betapa aku mencintaimu, tapi biarlah kenangan ini menjadi saksi bisu bahwa pernah ada seseorang yang mencintaimu tanpa pamrih, meski tak pernah terucap, dan meski harus berakhir dengan air mata.
Raja Ampat, 26 Desember 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar